KISAH
SI PENANGIS
Al
kisah seorang yang bernama Ahmad bin Ubay Al Khowariy mengunjungi Abu Sulaiman
Ad Daraniy di rumahnya. Setibanya disana, ia melihat Abu Sulaiman sedang
menangis.
Lalu
Ahmad bertanya kepada abu Sulaiman, “ apa yang membuat anda menangis Tuan”? Abu
sulaiman menjawabnya dengan bercerita, “ sahabatku, sesungguhnya para
pecinta (ahlul mahabbah ), ketika malam
telah gelap, mereka menghentikan langkah kakinya. Air mata mereka bercucuran di
atas pipi – pipi mereka dalam bersujud dan rukuk. Ketika mereka berbuat
demikian, Penguasa Yang Maha Agung mengawasi mereka dan berseru, “ Hai Jibril,
dengan penglihatanKu, orang – orang ini telah merasakan kelezatan dengan
firmanKu. Mereka merasa senang dengan bermunajat kepadaKU. Sesungguhnya Aku mengawasi
mereka, mendengarkan ucapan – ucapan mereka. Aku mengerti kerinduan dan ratap
tangis mereka. Panggillah mereka Jibril
! katakana pada mereka, ada apa dengan kekhawatiran, kegelisahan, dan kesedihan
yang Aku lihat pada diri mereka? Apakah ada seorang pembawa kabar yang
memberitakan bahwa sang Kekasih akan menyiksa para kekasihNya di dalam neraka.
Padahal seorang hamba yang hina pun tidak pantas untuk berbuat demikian?
Bagaimana mungkin Sang Penguasa Agung berbuat demikian ? demi keagunganKU, Aku bersumpah,
Aku akan benar – benar menghadiahkan kepada mereka, yaitu ketika mereka datang
kepadaKU di hari kiamat, Aku perlihatkan wajahKU yang mulia, aku melihat
mereka, dan merekapun melihat AKU”.
Abu
Sulaiman lalu berkata, “ biarkanlah aku menangis, Ahmad! Aku menangis karena
merasa tertinggal dari orang – orang yang menjadi kekasihNYA tersebut”.
***********
Kutipan
diatas memberikan pelajaran penting, yaitu bagaimana para kekasih Allah yang
selalu bersikap rendah hati. Para kekasih Allah tidak pernah merasa paling
banyak ibadahnya, atau paling tulus amal sholehnya. Sebaliknya, mereka selalu
mengedepankan sikap tawadluk yang bertujuan menjernihkan hati dari pikiran dan
perilaku yang merugikan diri sendiri, orang lain, dan juga Allah. Sikap rendah
hati para kekasih Allah itu membuat mereka untuk selalu mengintropeksi diri,
menghitung – hitung kekurangan diri (muhasabah) sebagai upaya meningkatkan
kualitas kecintaan mereka kepada Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan di komentari menggunakan bahasa yang baik dan sopan,, terimakasih atas kunjungan anda. jangan lupa follow ya,,,,