Minggu, 30 Desember 2012

LUASNYA AMPUNAN ALLAH

LUASNYA AMPUNAN ALLAH
Allah SWT berfirman dalam hadits qudsi :
ما غضبت على احد غضبي على عبد اتى معصية فتعا ظمها فى جنب عفوى فلو كنت معجلا العقوبت او كانت العجلة من شأنى لعجلتها للقانطين من رحمتى ولولم ارحم عبادى الا من خوفهم من الوقوف بين يدي لشكرت ذللك لهم وجعلت ثوابهم منه الا من لما خافوا 
“Tidak pernah aku murka kepada seseorang seperti murkaKU kepada hambayang telah melakukan maksiat yang dipandang oleh dirinya sendiri sebagai dosa besar, dan berputus asa dari kemampuanKU. Sekiranya aku menyegerakan hukuman atau sifatKU, suka tergopoh – gopoh, pasti kusegerakan hukuman ituterhadap orang – orang yang berputus asa dari RohmatKU. Dan sekiranga aku belum member rohmat pada hamba – hambaKU. ,melainkan karena takutnya mereka berdiri dihadapanKU, sudah barang tentu aku mengucapkan terimakasih pada mereka dan aku jadikan pahala mereka itu diantaranya ialah rasa amandikala semestinya mereka juga masih ketakutan”. ( HQR Rofia dari Najih bin Muhammad bin  muntaji dari datuknya)
Allah SWT memberitahukan kepada kita bahwa dia tidak pernah melakuan kemurkaan terhadap seorang hambaNYA sebagaimana murkaNYA yang pernah mengerjakan maksiat, baik kecil maupun besar dan orang itu merasa ngeri serta menganggap perbuatan satu dosa yang sangatbesar tidak termasuk dalam lingkungan ampunan Allah. Ia merasa putus asa dari rahmatNYA. Terhadap orang yang bersikap seperti inilah Allah sangat murka.
Dalam hadits itu diterangkan bahwa sekiranya Allah tidak suka terburu – buru menjatuhkan hukuman terhadap hambaNYA, niscaya Dia telah menjatuhkan hukuman ( siksaan ) kepada orang – orang yang berputus asa dari rahmat dan ampunanNYA.
Dalam hadits diatas dapat kita ambil beberapa kesimpulan,
1.      Allah SWT memang betul – betul luas Rohmat dan kasih sayangNYA. Dia tidak mudah menjatuhkan hukuman dan siksaan kepada hambaNYA. Dia membuka pintu taubat selebar – lebarnya. Barang siapa yang merasa melakukan kesalahan kepada Allah SWT, segeralah rujuk kepadaNYA dan taubat dengan penuh keyakinan, pasti diterima Allah  taubatnya.
2.      Sifat terburu – buru dan tergesa – gesa bukan sifat Allah SWT, sifat itu adalah sifat iblis dan syaitan. Karena itu manusia tidak boleh bersifat terburu – buru dan tergesa – gesa, agar kita tidak termasuk golongan syaitan. Segala tindakan yang dilakukan perlu dipertimbangkan semasak-masaknya diselidiki sedalam-dalamnya, sehingga keputusan atau hukuman yang akan diambil telah diperhitungkan akibatnaya.
3.      ‘Uqubah atau hukuman Allah paada pokoknya ada dua : yaitu hukuman yang dilaksanakan dalam duniaini atau ditangguhkan kedalam akhirat kelak.
Hukuman yang dilakukan didalam dunia, mungkin langsung, munkin ditangguhkan beberapa hari, minggu, bulan, atau tahun.
Hukuman atau siksaan yang ditangguhkan mungkin dimaksudkan, untuk member tempo kepada yang bersangkutan untuk bertaubat. Apabila sudah tepat waktunya, baru hukuman itu dijatuhkan dan orang bersangkutan pun akan binasa.
Adapun hukuman Allah didunia berbentuk :
a.       Penyakit, mulai yang sekecil – kecilnya seperti tertusuk duri atau jarum, sampai yang besar-besarnya seperti lepra,TBC,jantung, penyakit jiwa danj sebagainya
b.      Duka cita, kesulitan dan kesukaran, banyak hutang, dan sebagainya
c.       Kesenagan, kemewahan harta benda  yang sangat banyak sehingga senantiasa repot dan sibuk mengurusinya. Kelihatanya rahmat, namun tidak lain adalah siksa belaka.
Hidup ini benar – benar penuh dengan ujian dan perjuangan.
4.      Sifat putus asa dari rahmat Allah termasuk dosa besar ( al Kabir ) yang pantas dengan segera mendapat hukuman dan siksaan Allah. Meskipun demikian, Allah tidak nsegera menjatuhkan hukuman dan siksaan terhadapnya, karena sifat tergesa – gesa dan terburu-buru demikian, bukanlah sifat Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.
Didalam Al Quran terdapat beberapa ayat yang menunjukkan bahwa Allah akan mengampuni orang – orang yang bersalah, orang – orang yang melakukan maksiat, orang – orang yang memboros, dan dosa lainya betapa pun besarnya, kecuali dosa su’ul khotimah karena syirik.
Didalam Al Quran terdapat anjuran untuk segera kembali bertaubat dan jangan menangguhkanya. Kita tidak mengetahui bilamana kita akan meninggal dunia. Sekiranya kita menangguhkan waktu taubat, mungkin kita mati dalam keadaan berlumuran dosa. Na’udzubillah min dzalik.
Allah berfirman :

Katakanlah ( wahai Muhammad ) : “Wahai hamba-hambaKU yang telah berlebih – lebihan merugikan diri sendiri. Janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnyaallah mengampuni segala dosa, karena dialah yang Maha Pengampun Lagi  Maha Penyayang”. ( Q.S 39 Az-Zumar:53 )

Mereka ( malaikat ) berkata ( kepada Nabi Ibrahim ): “ kami membawa berita gembira yang benar kepadamu. Karena itu janganlah engkau menjadi orang yang berputus asa”.( Nabi Ibrahim ) berkata : “ tidaklah orang yang berputus asa dari rahmat RobNya kecuali orang yang sesat”. ( Q.S 15 Al Hijr : 55-56 )

Wahai bani Adam ! apabila engkau mengajukan pemohonan dan mengharap kepadaKu, kuampuni segala yang ada padamu tanpa terpeduli. Wahai bani adam ! sekalipun dosamu bertumpuk – tumpuk hingga setinggi langit, tapi kemudian enkau meminta ampun kepadaKU, niscaya Aku ampuni dosamu. Wahai bani adam ! sekiranya engkau dating dengan dosa setimbang buni, kemudian engkau menemui AKU ( mati ) dalam keadaan tidak mensekutukan AKU dengan sesuatupun, niscaya AKU karuniakan setimbang dosa itu.
( HQR. Turmudzi yang bersumber dari anas R.A)

Perlu diperhatikan yang dimaksud “taubat” diatas ialah “ taubat nasuha”, artinya taubat itu terpancar dari hatinya sesudah melalui pemikiran yang mendalam dan kembali pada jalan yang benar, serta merasa sangat menyesal atas perbuatan yang telah ditempuh itu. Ia memutuskan dalam hatinya untuk meniggalkan perbuatan itu, menghindarinya jauh – jauh serta benjanji tidak akan mengulangib lagi kesalahan dan perbuatan dosa.

Taubat nasuha mengandung tiga unsur : menyesal, menjauhkan diri dari dosa dan tidak akan mengulanginya lagi. Hal ini dapat terjadi apabila dilaksanakan dengan sungguh – sungguh, dengan perasaan suci, niat yang bersih, penuh keprcayaan bahwa ia taubat dihadapan Allah yang Maha Mengetahui segala rahasia dan yang tersembunyi didalam lubuk hati. Allah maha melihat apa – apa yang dikerjakan hambaNYA yang telah lalu, yang sekarang dan yang akan datang.
Apabila taubatnya tanpa merasa berdosa, dan tidak berhenti mengulangi perbuatan dosa itu serta tidak berusaha memperbaikai diri, maka taubatnya disebut taubat palsu dan hanya menipu dirinya sendiri. Orang itu termasuk dalam lingkungan bunyi ayat :

يخادعون الله واللذين امنوا وما يخدعون الا انفسهم وما يشعرون ....
Mereka menipu Allah dan orang – orang yang beriman. Sebenarnya mereka hanya menipu diri sendiri, sedang mereka tidak sadar dan tidak merasa.
( QS. 2 Al Baqoroh: 9 )
Tanpa disadari, ia bukan taubat tapi menambah dosa lain yaitu menipu dirinya sendiri, seakan akan menipu Allah dan kaum mukminin. Oleh karena itu taubat nasuha sebelum terlambat pasti akan diterima Allah SWT.

Ya Allah masukkanlah kami pada orang – orang yang termasuk taubatan nasuha. Amin.



    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan di komentari menggunakan bahasa yang baik dan sopan,, terimakasih atas kunjungan anda. jangan lupa follow ya,,,,

The title of your home page You could put your verification ID in a comment Or, in its own meta tag Or, as one of your keywords