LUASNYA
AMPUNAN ALLAH
Allah
SWT berfirman dalam hadits qudsi :
ما غضبت على احد غضبي على عبد اتى معصية فتعا ظمها فى جنب عفوى فلو كنت
معجلا العقوبت او كانت العجلة من شأنى لعجلتها للقانطين من رحمتى ولولم ارحم عبادى
الا من خوفهم من الوقوف بين يدي لشكرت ذللك لهم وجعلت ثوابهم منه الا من لما
خافوا
“Tidak pernah aku murka kepada seseorang seperti
murkaKU kepada hambayang telah melakukan maksiat yang dipandang oleh dirinya
sendiri sebagai dosa besar, dan berputus asa dari kemampuanKU. Sekiranya aku
menyegerakan hukuman atau sifatKU, suka tergopoh – gopoh, pasti kusegerakan
hukuman ituterhadap orang – orang yang berputus asa dari RohmatKU. Dan
sekiranga aku belum member rohmat pada hamba – hambaKU. ,melainkan karena
takutnya mereka berdiri dihadapanKU, sudah barang tentu aku mengucapkan
terimakasih pada mereka dan aku jadikan pahala mereka itu diantaranya ialah
rasa amandikala semestinya mereka juga masih ketakutan”. ( HQR Rofia dari Najih
bin Muhammad bin muntaji dari datuknya)
Allah SWT memberitahukan kepada kita bahwa dia tidak
pernah melakuan kemurkaan terhadap seorang hambaNYA sebagaimana murkaNYA yang
pernah mengerjakan maksiat, baik kecil maupun besar dan orang itu merasa ngeri
serta menganggap perbuatan satu dosa yang sangatbesar tidak termasuk dalam
lingkungan ampunan Allah. Ia merasa putus asa dari rahmatNYA. Terhadap orang
yang bersikap seperti inilah Allah sangat murka.
Dalam hadits itu diterangkan bahwa sekiranya Allah tidak
suka terburu – buru menjatuhkan hukuman terhadap hambaNYA, niscaya Dia telah
menjatuhkan hukuman ( siksaan ) kepada orang – orang yang berputus asa dari
rahmat dan ampunanNYA.
Dalam hadits diatas dapat kita ambil beberapa
kesimpulan,
1.
Allah SWT memang
betul – betul luas Rohmat dan kasih sayangNYA. Dia tidak mudah menjatuhkan
hukuman dan siksaan kepada hambaNYA. Dia membuka pintu taubat selebar –
lebarnya. Barang siapa yang merasa melakukan kesalahan kepada Allah SWT,
segeralah rujuk kepadaNYA dan taubat dengan penuh keyakinan, pasti diterima
Allah taubatnya.
2.
Sifat terburu –
buru dan tergesa – gesa bukan sifat Allah SWT, sifat itu adalah sifat iblis dan
syaitan. Karena itu manusia tidak boleh bersifat terburu – buru dan tergesa –
gesa, agar kita tidak termasuk golongan syaitan. Segala tindakan yang dilakukan
perlu dipertimbangkan semasak-masaknya diselidiki sedalam-dalamnya, sehingga
keputusan atau hukuman yang akan diambil telah diperhitungkan akibatnaya.
3.
‘Uqubah atau
hukuman Allah paada pokoknya ada dua : yaitu hukuman yang dilaksanakan dalam
duniaini atau ditangguhkan kedalam akhirat kelak.
Hukuman yang dilakukan didalam dunia, mungkin
langsung, munkin ditangguhkan beberapa hari, minggu, bulan, atau tahun.
Hukuman atau siksaan yang ditangguhkan mungkin dimaksudkan,
untuk member tempo kepada yang bersangkutan untuk bertaubat. Apabila sudah
tepat waktunya, baru hukuman itu dijatuhkan dan orang bersangkutan pun akan
binasa.
Adapun hukuman Allah didunia berbentuk :
a.
Penyakit, mulai
yang sekecil – kecilnya seperti tertusuk duri atau jarum, sampai yang
besar-besarnya seperti lepra,TBC,jantung, penyakit jiwa danj sebagainya
b.
Duka cita,
kesulitan dan kesukaran, banyak hutang, dan sebagainya
c.
Kesenagan,
kemewahan harta benda yang sangat banyak
sehingga senantiasa repot dan sibuk mengurusinya. Kelihatanya rahmat, namun
tidak lain adalah siksa belaka.
Hidup
ini benar – benar penuh dengan ujian dan perjuangan.
4.
Sifat putus asa
dari rahmat Allah termasuk dosa besar ( al Kabir ) yang pantas dengan segera
mendapat hukuman dan siksaan Allah. Meskipun demikian, Allah tidak nsegera
menjatuhkan hukuman dan siksaan terhadapnya, karena sifat tergesa – gesa dan
terburu-buru demikian, bukanlah sifat Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang.
Didalam Al Quran terdapat beberapa ayat yang menunjukkan
bahwa Allah akan mengampuni orang – orang yang bersalah, orang – orang yang
melakukan maksiat, orang – orang yang memboros, dan dosa lainya betapa pun
besarnya, kecuali dosa su’ul khotimah karena syirik.
Didalam Al Quran terdapat anjuran untuk segera kembali
bertaubat dan jangan menangguhkanya. Kita tidak mengetahui bilamana kita akan
meninggal dunia. Sekiranya kita menangguhkan waktu taubat, mungkin kita mati
dalam keadaan berlumuran dosa. Na’udzubillah min dzalik.
Allah berfirman :
Katakanlah ( wahai Muhammad ) : “Wahai hamba-hambaKU
yang telah berlebih – lebihan merugikan diri sendiri. Janganlah berputus asa
dari rahmat Allah. Sesungguhnyaallah mengampuni segala dosa, karena dialah yang
Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang”. (
Q.S 39 Az-Zumar:53 )
Mereka ( malaikat ) berkata ( kepada Nabi Ibrahim ): “
kami membawa berita gembira yang benar kepadamu. Karena itu janganlah engkau
menjadi orang yang berputus asa”.( Nabi Ibrahim ) berkata : “ tidaklah orang
yang berputus asa dari rahmat RobNya kecuali orang yang sesat”. ( Q.S 15 Al
Hijr : 55-56 )
Wahai bani Adam ! apabila engkau mengajukan pemohonan
dan mengharap kepadaKu, kuampuni segala yang ada padamu tanpa terpeduli. Wahai
bani adam ! sekalipun dosamu bertumpuk – tumpuk hingga setinggi langit, tapi
kemudian enkau meminta ampun kepadaKU, niscaya Aku ampuni dosamu. Wahai bani
adam ! sekiranya engkau dating dengan dosa setimbang buni, kemudian engkau
menemui AKU ( mati ) dalam keadaan tidak mensekutukan AKU dengan sesuatupun,
niscaya AKU karuniakan setimbang dosa itu.
( HQR. Turmudzi yang bersumber dari anas R.A)
Perlu diperhatikan yang dimaksud “taubat” diatas ialah
“ taubat nasuha”, artinya taubat itu terpancar dari hatinya sesudah melalui
pemikiran yang mendalam dan kembali pada jalan yang benar, serta merasa sangat
menyesal atas perbuatan yang telah ditempuh itu. Ia memutuskan dalam hatinya
untuk meniggalkan perbuatan itu, menghindarinya jauh – jauh serta benjanji
tidak akan mengulangib lagi kesalahan dan perbuatan dosa.
Taubat nasuha mengandung tiga unsur : menyesal,
menjauhkan diri dari dosa dan tidak akan mengulanginya lagi. Hal ini dapat
terjadi apabila dilaksanakan dengan sungguh – sungguh, dengan perasaan suci,
niat yang bersih, penuh keprcayaan bahwa ia taubat dihadapan Allah yang Maha
Mengetahui segala rahasia dan yang tersembunyi didalam lubuk hati. Allah maha
melihat apa – apa yang dikerjakan hambaNYA yang telah lalu, yang sekarang dan
yang akan datang.
Apabila taubatnya tanpa merasa berdosa, dan tidak
berhenti mengulangi perbuatan dosa itu serta tidak berusaha memperbaikai diri,
maka taubatnya disebut taubat palsu dan hanya menipu dirinya sendiri. Orang itu
termasuk dalam lingkungan bunyi ayat :
يخادعون الله واللذين امنوا وما يخدعون الا انفسهم وما
يشعرون ....
Mereka
menipu Allah dan orang – orang yang beriman. Sebenarnya mereka hanya menipu
diri sendiri, sedang mereka tidak sadar dan tidak merasa.
( QS. 2 Al
Baqoroh: 9 )
Tanpa
disadari, ia bukan taubat tapi menambah dosa lain yaitu menipu dirinya sendiri,
seakan akan menipu Allah dan kaum mukminin. Oleh karena itu taubat nasuha
sebelum terlambat pasti akan diterima Allah SWT.
Ya Allah
masukkanlah kami pada orang – orang yang termasuk taubatan nasuha. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan di komentari menggunakan bahasa yang baik dan sopan,, terimakasih atas kunjungan anda. jangan lupa follow ya,,,,